“Ku lihat ibu pertiwi sedang bersusah hati air matanya berlinang emas intan yang terkenang hutan, gunung, sawah, lautan simpanan kekayaan kini ibu sedang lara merintih dan berdoa”
Jika terngiang lagu ibu pertiwi, sontak kita akan terbayang betapa kaya negeri tercinta Indonesia, terhampar hutan, gunung dan sawah bagai batu zamrud nan hijau di khatulistiwa. Lautannya pun luas berwarna biru di bumi nusantara. Pertiwi nan masih perawan dengan keindahan alam raya, ekosistem laut terjaga dan bersihnya udara dan bumi tanpa polusi. Sungguh elok mata memandang, tapi tidak untuk sekarang.
”Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa”. Agaknya dalam kondisi inilah kita berada. Hutan, gunung dan sawah tak lagi hijau. Ekosistem laut pun tak terjaga. Bersihnya udara dan bumi tanpa polusi hanya bagai mimpi. Tumpukan sampah menggunung dan sampah berserakan dimana-mana turut menambah derita pertiwi ini.
Sebuah fakta yang tak terperikan ketika sampah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh Indonesia. Hampir di sepanjang jalan dan disetiap jengkal tanah, sampah itu ada. Kalau mengingat bahwa sekarang adalah era modernisasi yang menuju gerbang globalisasi, mengapa masih banyak ditemukan semacam ”kjokkenmoddingger”? Hanya bedanya ”kjokkenkoddingger” yang sebenarnya adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit kerang yang menggunung dan menjulang tinggi pada zaman mesolithikum manusia purba dulu, sedangkan ”kjokkenmoddingger” sekarang adalah gunungan sampah, baik sampah dapur, sampah plastic, kaca, dan sebagainya oleh manusia modern di Indonesia. Hal ini sangatlah paradoks bila kita sadar akan kemampuan berpikir manusia purba dan manusia modern sekarang. Sungguh ironi.
Data terakhir dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta menunjukkan, jumlah sampah di Jakarta mencapai hampir 28.000 meter kubik setiap hari. Komposisinya terdiri dari 65 persen sampah organik dan 35 persen sampah nonorganik. Penyumbang terbesar sampah itu berasal dari sampah rumah tangga yang mencapai sekitar 60 persen dari total sampah yang terdapat di Jakarta setiap harinya. Sampah plastik jumlahnya tergolong cukup besar. Padahal, sampah plastic membutuhkan waktu sampai 200 sampai 1000 tahun untuk dapat terurai. Jika setahun kalkulasi ini menjadi 336.000 meter kubik dan berton-ton sampah plastik. Ini hanyalah sampel kecil yang membuktikan bahwa Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia yang paling tinggi produksi sampahnya jika dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia.
Dari fakta ini juga menjawab bahwa Jakarta mewakili kota-kota yang lain yang juga tinggi produksi sampah per tahunnya. Maka dari itu, inilah tantangan terbesar bagi generasi bangsa untuk menciptakan teknologi untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang menjadi bisa diolah kembali menghasilkan produk baru yang berdaya guna dan bernilai ekonomis tinggi. Penciptaan dan pemanfaatan teknologi ini dirasa perlu dan sangat berperan penting sebagai solusi untuk mengolah atau mendaur ulang sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Teknologi sederhana yang sekarang mulai giat dilakukan adalah dengan menggiling atau menghancurkan sampah-sampah sejenis. Untuk sampah plastik misalnya, para pemulung mulai giat untuk mencari dan mengumpulan sampah plastik untuk dijual ke beberapa industri pengolahan plastik Oleh karena cara ini juga sangat berperan dalam membantu dan memelihara kebersihan lingkungan, oleh beberapa orang yang berpikir kritis dan kreatif, mereka mulai memanfaatkan momen ini untuk mendirikan industri daur ulang plastik. Industri daur ulang plastik ini lebih dikenal dengan industri PLASBEK, akronim dari Plastik Bekas. Dengan melibatkan peran pemulung untuk mengumpulkan sampah plastik, kemudian membelinya, melakukan pemilahan terlebih dulu, lalu diolah untuk menjadi plastik kembali.
Jenis usaha daur ulang sampah plastik merupakan salah satu usaha yang handal dan fleksibel, di mana permintaan pasar terus meningkat, mengingat hampir semua perusahaan/pabrik biji/pellet plastik daur ulang plastik maupun produk – jadi (End Product) membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi . Bahkan pasar dari hasil daur ulang plastik ini bukan hanya di dalam negeri, karena pasar mancanegara justru banyak mencari bahan baku ini. Di pasar Internasional PET daur ulang memiliki nama PET Flakes/PET Regrind dengan size 10 mm. Pasar ekspor menyerap jauh lebih besar daripada pasar domestik. Negara yang banyak memanfaatkan PET Flakes adalah: Taiwan, India, Vietnam,Pakistan,RRC.Dengan adanya contoh berhasilnya manusia memanfaatkan teknologi pengolah sampah yang tidak bisa didaur ulang ini, memberikan efek positif juga dalam mengurangi jumlah pengangguran dengan jalan merekrut atau memasok jumlah tenaga kerja yang cukup signifikan.
Sebuah inovasi lain dari bentuk pemanfaatan teknologi untuk mendaur ulang sampah yang tidak bisa didaur ulang yakni dengan teknologi plasma.
”Teknologi plasma banyak diterapkan sebagai salah satu teknik pengolahan limbah padat atau oil sludge. Di negara maju seperti Jepang, plasma dipergunakan untuk mengolah logam atau limbah domestik pada insinerator sekaligus dapat mendaur ulang limbah oil sludge. Oil sludge terdiridari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir, dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene, toluen, ethylbenzene, xylene, dan logam berat seperti timbal (Pb) pada oi sludge yang dapat diaplikasikan seperti, incineration (pembakaran), centrifuges (pemisahan), steam extraction (ekstraksi), dan bioremeditation (microbiologi). ” dikutip dari google.com
Sayangnya, pemanfaatan dan penerapan teknologi plasma ini jauh dari yang diharapkan dan belum bisa maksimal karena terbentur biaya operasional yang sangat tinggi.
Berbicara teknologi seakan tidak ada habisnya. Setelah dua diantaranya yakni teknologi daur ulang sampah plastik dan teknologi plasma pengolah oil sludge, masih ada lagi yakni teknologi daur ulang skrap besi atau baja. Sering kita berpikir bahwa besi atau baja adalah benda yang bila termakan waktu dan berkontak langsung dengan air dan udara akan mengalami pelapukan, lebih tepatnya lagi akan menimbulkan karat besi atau baja. Kekhawatiran lain adalah anggapan bahwa sampah atau besi dan baja bekas yang tak terpakai lagi ini tak bisa didaur ulang. Nampaknya, pikiran dan anggapan semacam ini tak sepenuhnyabenar.
Fakta membuktikan bahwa besi atau baja, yang notabene dianggap sulit untuk didaur ulang, ternyata dapat diolah melalui proses daur ulang skrap besi atau baja. Mekanisme proses ini yaitu dengan pengeliminasian pengotor dari skrap cair dengan kombinasi metoda bubbling (meniupkan udara dalam cairan logam) dan compound separation (pemisahan pengotor dengan membuat panduan yang berbeda berat jenisnya). Seperti hal nya teknologi sebelumya, teknologi inipun memiliki keterbatasan dan kelemahan.
Untuk mekanisme pengeliminasian misalnya, belum bisa secara menyeluruh untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor seperti Co, Ni, Cu, Sn, dan Pb. Namun, di sisi lain mekanisme ini mampu melepaskan unsur-unsur pengotor dengan penambahan SiO2 dan CaO. Lain halnya dengan metode compound separation yang sudah mulai diterapkan dan dioperasikan di Indonesia tetapi malah dipatenkan oleh negara lain yakni Jepang.
Menilik betapa pentingnya peranan dan pemanfaatan teknologi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi adalah problem solver yang membantu rakyat Indonesia dalam menangani masalah sampah unrecycle yang sekian lama menjadi momok terbesar bangsa ini. Terbukti dengan penemuan-penemuan dan ide-ide briliant penciptaan dan pemanfaatan teknologi.
Mulai dari pemanfaatan teknologi sederhana pengolah sampah plastik. Berperan vital karena mampu menghasilkan produk plastik daur ulang, memberi dampak positif ekonomi dengan memasok atau memakai tenaga kerja yang cukup besar dan secara tidak langsung mampu membantu penciptaan lingkungan yang bersih tanpa sampah plastik walaupun belum sepenuhnya target tercapai.secara tidak langsung. Penciptaan dan pemanfaatan Teknologi plasma pengolah limbah padat berupa oilsludge. Berperan penting dalam mengatasi persoalan limbah yang sulit didaur ulang. Sampai penciptaan dan pemnfaatan teknologi daur ulang skrap besi atau baja yang mampu menjawab pertanyaan selama ini tentang pendaur-ulangan sampah besi atau baja untuk menjadi barang baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Semua itu hanya beberapa solusi yang terekspos oleh media, dan tentunya masih ada penemuan lain yang memanfaatkan teknologi. Sebagai generasi penerus tidak ada salahnya bila kita selalu berusaha menciptakan inovasi-inovasi dan pemanfaatan teknologi yang lain untuk mengatasi problem bersama yaitu eksistensi berskala besar sampah yang tidak bisa didaur ulang. Karena sadar atau tidak sadar, teknologi mampu membantu Indonesia, tak hanya problem sampahnya, lingkungannya dan bahkan ekonominya. Pantaslah bila sekarang saatnya teknologi menjadi pahlawan tanah air tercinta Indonesia.
Jika terngiang lagu ibu pertiwi, sontak kita akan terbayang betapa kaya negeri tercinta Indonesia, terhampar hutan, gunung dan sawah bagai batu zamrud nan hijau di khatulistiwa. Lautannya pun luas berwarna biru di bumi nusantara. Pertiwi nan masih perawan dengan keindahan alam raya, ekosistem laut terjaga dan bersihnya udara dan bumi tanpa polusi. Sungguh elok mata memandang, tapi tidak untuk sekarang.
”Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa”. Agaknya dalam kondisi inilah kita berada. Hutan, gunung dan sawah tak lagi hijau. Ekosistem laut pun tak terjaga. Bersihnya udara dan bumi tanpa polusi hanya bagai mimpi. Tumpukan sampah menggunung dan sampah berserakan dimana-mana turut menambah derita pertiwi ini.
Sebuah fakta yang tak terperikan ketika sampah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh Indonesia. Hampir di sepanjang jalan dan disetiap jengkal tanah, sampah itu ada. Kalau mengingat bahwa sekarang adalah era modernisasi yang menuju gerbang globalisasi, mengapa masih banyak ditemukan semacam ”kjokkenmoddingger”? Hanya bedanya ”kjokkenkoddingger” yang sebenarnya adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit kerang yang menggunung dan menjulang tinggi pada zaman mesolithikum manusia purba dulu, sedangkan ”kjokkenmoddingger” sekarang adalah gunungan sampah, baik sampah dapur, sampah plastic, kaca, dan sebagainya oleh manusia modern di Indonesia. Hal ini sangatlah paradoks bila kita sadar akan kemampuan berpikir manusia purba dan manusia modern sekarang. Sungguh ironi.
Data terakhir dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta menunjukkan, jumlah sampah di Jakarta mencapai hampir 28.000 meter kubik setiap hari. Komposisinya terdiri dari 65 persen sampah organik dan 35 persen sampah nonorganik. Penyumbang terbesar sampah itu berasal dari sampah rumah tangga yang mencapai sekitar 60 persen dari total sampah yang terdapat di Jakarta setiap harinya. Sampah plastik jumlahnya tergolong cukup besar. Padahal, sampah plastic membutuhkan waktu sampai 200 sampai 1000 tahun untuk dapat terurai. Jika setahun kalkulasi ini menjadi 336.000 meter kubik dan berton-ton sampah plastik. Ini hanyalah sampel kecil yang membuktikan bahwa Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia yang paling tinggi produksi sampahnya jika dibanding dengan kota-kota lain di Indonesia.
Dari fakta ini juga menjawab bahwa Jakarta mewakili kota-kota yang lain yang juga tinggi produksi sampah per tahunnya. Maka dari itu, inilah tantangan terbesar bagi generasi bangsa untuk menciptakan teknologi untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang menjadi bisa diolah kembali menghasilkan produk baru yang berdaya guna dan bernilai ekonomis tinggi. Penciptaan dan pemanfaatan teknologi ini dirasa perlu dan sangat berperan penting sebagai solusi untuk mengolah atau mendaur ulang sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Teknologi sederhana yang sekarang mulai giat dilakukan adalah dengan menggiling atau menghancurkan sampah-sampah sejenis. Untuk sampah plastik misalnya, para pemulung mulai giat untuk mencari dan mengumpulan sampah plastik untuk dijual ke beberapa industri pengolahan plastik Oleh karena cara ini juga sangat berperan dalam membantu dan memelihara kebersihan lingkungan, oleh beberapa orang yang berpikir kritis dan kreatif, mereka mulai memanfaatkan momen ini untuk mendirikan industri daur ulang plastik. Industri daur ulang plastik ini lebih dikenal dengan industri PLASBEK, akronim dari Plastik Bekas. Dengan melibatkan peran pemulung untuk mengumpulkan sampah plastik, kemudian membelinya, melakukan pemilahan terlebih dulu, lalu diolah untuk menjadi plastik kembali.
Jenis usaha daur ulang sampah plastik merupakan salah satu usaha yang handal dan fleksibel, di mana permintaan pasar terus meningkat, mengingat hampir semua perusahaan/pabrik biji/pellet plastik daur ulang plastik maupun produk – jadi (End Product) membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi . Bahkan pasar dari hasil daur ulang plastik ini bukan hanya di dalam negeri, karena pasar mancanegara justru banyak mencari bahan baku ini. Di pasar Internasional PET daur ulang memiliki nama PET Flakes/PET Regrind dengan size 10 mm. Pasar ekspor menyerap jauh lebih besar daripada pasar domestik. Negara yang banyak memanfaatkan PET Flakes adalah: Taiwan, India, Vietnam,Pakistan,RRC.Dengan adanya contoh berhasilnya manusia memanfaatkan teknologi pengolah sampah yang tidak bisa didaur ulang ini, memberikan efek positif juga dalam mengurangi jumlah pengangguran dengan jalan merekrut atau memasok jumlah tenaga kerja yang cukup signifikan.
Sebuah inovasi lain dari bentuk pemanfaatan teknologi untuk mendaur ulang sampah yang tidak bisa didaur ulang yakni dengan teknologi plasma.
”Teknologi plasma banyak diterapkan sebagai salah satu teknik pengolahan limbah padat atau oil sludge. Di negara maju seperti Jepang, plasma dipergunakan untuk mengolah logam atau limbah domestik pada insinerator sekaligus dapat mendaur ulang limbah oil sludge. Oil sludge terdiridari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir, dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene, toluen, ethylbenzene, xylene, dan logam berat seperti timbal (Pb) pada oi sludge yang dapat diaplikasikan seperti, incineration (pembakaran), centrifuges (pemisahan), steam extraction (ekstraksi), dan bioremeditation (microbiologi). ” dikutip dari google.com
Sayangnya, pemanfaatan dan penerapan teknologi plasma ini jauh dari yang diharapkan dan belum bisa maksimal karena terbentur biaya operasional yang sangat tinggi.
Berbicara teknologi seakan tidak ada habisnya. Setelah dua diantaranya yakni teknologi daur ulang sampah plastik dan teknologi plasma pengolah oil sludge, masih ada lagi yakni teknologi daur ulang skrap besi atau baja. Sering kita berpikir bahwa besi atau baja adalah benda yang bila termakan waktu dan berkontak langsung dengan air dan udara akan mengalami pelapukan, lebih tepatnya lagi akan menimbulkan karat besi atau baja. Kekhawatiran lain adalah anggapan bahwa sampah atau besi dan baja bekas yang tak terpakai lagi ini tak bisa didaur ulang. Nampaknya, pikiran dan anggapan semacam ini tak sepenuhnyabenar.
Fakta membuktikan bahwa besi atau baja, yang notabene dianggap sulit untuk didaur ulang, ternyata dapat diolah melalui proses daur ulang skrap besi atau baja. Mekanisme proses ini yaitu dengan pengeliminasian pengotor dari skrap cair dengan kombinasi metoda bubbling (meniupkan udara dalam cairan logam) dan compound separation (pemisahan pengotor dengan membuat panduan yang berbeda berat jenisnya). Seperti hal nya teknologi sebelumya, teknologi inipun memiliki keterbatasan dan kelemahan.
Untuk mekanisme pengeliminasian misalnya, belum bisa secara menyeluruh untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor seperti Co, Ni, Cu, Sn, dan Pb. Namun, di sisi lain mekanisme ini mampu melepaskan unsur-unsur pengotor dengan penambahan SiO2 dan CaO. Lain halnya dengan metode compound separation yang sudah mulai diterapkan dan dioperasikan di Indonesia tetapi malah dipatenkan oleh negara lain yakni Jepang.
Menilik betapa pentingnya peranan dan pemanfaatan teknologi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi adalah problem solver yang membantu rakyat Indonesia dalam menangani masalah sampah unrecycle yang sekian lama menjadi momok terbesar bangsa ini. Terbukti dengan penemuan-penemuan dan ide-ide briliant penciptaan dan pemanfaatan teknologi.
Mulai dari pemanfaatan teknologi sederhana pengolah sampah plastik. Berperan vital karena mampu menghasilkan produk plastik daur ulang, memberi dampak positif ekonomi dengan memasok atau memakai tenaga kerja yang cukup besar dan secara tidak langsung mampu membantu penciptaan lingkungan yang bersih tanpa sampah plastik walaupun belum sepenuhnya target tercapai.secara tidak langsung. Penciptaan dan pemanfaatan Teknologi plasma pengolah limbah padat berupa oilsludge. Berperan penting dalam mengatasi persoalan limbah yang sulit didaur ulang. Sampai penciptaan dan pemnfaatan teknologi daur ulang skrap besi atau baja yang mampu menjawab pertanyaan selama ini tentang pendaur-ulangan sampah besi atau baja untuk menjadi barang baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Semua itu hanya beberapa solusi yang terekspos oleh media, dan tentunya masih ada penemuan lain yang memanfaatkan teknologi. Sebagai generasi penerus tidak ada salahnya bila kita selalu berusaha menciptakan inovasi-inovasi dan pemanfaatan teknologi yang lain untuk mengatasi problem bersama yaitu eksistensi berskala besar sampah yang tidak bisa didaur ulang. Karena sadar atau tidak sadar, teknologi mampu membantu Indonesia, tak hanya problem sampahnya, lingkungannya dan bahkan ekonominya. Pantaslah bila sekarang saatnya teknologi menjadi pahlawan tanah air tercinta Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar